Mel Silberman dalam Modifikasi dan Perluasan Conficius
Pembelajaran yang baik tidak seperti wacana transaksional yang
hanya mementingkan isi dari wacana tersebut. Pembelajaran yang baik yakni sama
seperti wacana interaksional yang mementingkan interaksi dalam wacananya.
Seolah ada kaitan antara kajian bahasa dengan pembalajaran yang baik, Mel
Silberman dalam buku ” Active Learning ”, 101 Strategi Pembelajaran Aktif yang
kemudian diterjemahkan oleh Sarjuli pada tahun 2002. Mel Silberman mengemukakan
bagaimana wacana interaksional itu terbentuk dalam pembelajaran.
Seiring perkembangan yang terjadi dalam dunia pendidikan yakni
perubahan orientasi belajar yang sebelumnya berorientasi kognitif, kemudian
berubah menjadi orientasi pengembangan manusia. Mel Silberman memodifikasi dan
memperluas pernyataan Conficius seiring perkembangan yang terjadi dalam dunia
pendidikaan. Sebelumnya Conficius menyatakan apa yang saya dengar-saya lupa,
apa yang saya lihat-saya ingat, apa yang saya lakukan-saya paham. Kemudain Mel
Silberman memodfikasi dan memperluas pernyatan Conficius menjadi apa yang saya
dengar- saya lupa, apa yang saya dengar dan lihat-saya ingat sedikit, apa yang
saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman lain-saya
mulai paham, apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan-saya
memperoleh pengetahuan dan keterampilan, dan apa yang saya ajarkan pada orang
lain-saya kuasai. Modifikasi dan perluasan ini sebagai dampak belum optimalnya
antara kemampuan otak, pembelajarn guru, dan kemampuan siswa itu sendiri guna
pengembangan manusia.
Buku yang berangkat dari pemecahan dari perluasan pernyataan
Conficius ini memaparkan pengenalan belajar aktif melalui sinergisitas otak,
guru, dan siswa. Memaparkan bagaimana cara awal yang baik untuk kerja sama
dalam kelompok yang berbeda-beda. Memaparkan bagaimana meteri itu diajarkan dan
dikembangkan dari tahap awal pembelajaran hinggga ke tahap evaluasi.
Pemaparan-pemaparan ini dirasa tepat untuk para pendidik guna mengubah
orientasi pembelajarannya. Ketepatan ini didasarkan pada hal yang diangkat
dalam buku ini adalah strategi pembelajaran aktif yang dibutuhkan para pendidik
untuk mengubah orientasi pembelajarannya, selain itu buku ini termasuk dalam
golongan buku strategi pembelajaran untuk mengatasi permasalahan pendidikan.
Sebagaimana buku-buku lain yang mengangkat stretegi
pembelajaran. Deve Meier dalam The Accelerated Learning Handbook menggubakan
SAVI (somatis, audiotori, visual, dan intelektual) sebagai prinsip pokok
belajar. Bila Mel silberman mengangkat 101 strategi pembelajaran aktif yang
menghubungkan otak, guru, dan siswa. Maka Deve Maier mengemukakan pokok belajar
dimasing-masing aspek somatis, auditori, visual dan intelektual untuk diasah
dalam pembelajaran. Selain itu Deve Meier mengemukakan emosi positif sebagai
alat pembantu pembelajaran yang baik, sedangkan Mel Silberman tidak menyinggung
kekuatan emosi dalam pembalajaran. Mel Silberman hanya berorientasi pada otak,
guru, dan siswa saja.
Sebagai sosok yang berlatar belakang psikologi. Mel Silberman
dikenal sebagai agent motivator yang handal dan berkecimbung di dunia pelatihan
sejak ia menamatkan sekolah psikologinnya. Maka pembaca tidak heran bila dalam
penyajiannya buku ini membentuk aturan, layaknya sebuah alat pelatihan. Alat
pelatihan yang dikemukakan Mel adalah alat pelatihan yang sudah dihubungkan
antar aspek satu dengan aspek yang lain, jadi pembaca hanya memilih alat yang
disesuaikan materi yang akan diajarkan. Sebelum pembaca diantar ke dalam alat
pelatihan, Mel Silberman telah memaparkan bagiamana alat pelatihan itu bekerja,
dalam buku ini Mel Silberman menuangkannya dalam bab pengenalan belajar aktif.
Ada keganjilan di dalam buku ini yang tidak mendukung
keberhasilan Mel Silberrman dalam penyinergisitaskan tiga aspek. Tidak ada
ilustrasi dalam 101 strategi pembelajaran aktif, sehingga menyulitkan untuk
memahami strategi-strstegi yang menggunakan alat bantu. Selain itu, perlu
disayangkan dalam penyuntinga buku ini masih menyimpan kekurangan. Masih banyak
kata-kata yang salah penulisannya, baik kata yang kurang huruf atau kata yang
salah huruf.
Secara keseluruhan buku ini mampu memamaparkan bagaimana sebuah
pembelajaran yang aktif diterapkan dalam kelas. Selayaknya dua sisi mata uang,
maka buku iini memliki kekurangan dan kelebihan. Kekurangan dan kelebihan ini
akan menjadi acuan untuk penyeleksian buku mana yang sesuai dengna kebutuhan
pembaca. Kekurangan dan kelebihan ini juga menjadi tolak ukur guna pengadaan
revisi buku ataupun tolak ukur penulisan karya lain.
oleh Kinanti Swastika