Gaya Bahasa Retoris Dalam Acara Mario Teguh Golden Ways oleh Mario Teguh di Metro Tv (Kajian Sosiolingustik)
Gaya Bahasa Retoris Dalam
Acara Mario Teguh Golden Ways oleh Mario Teguh di Metro Tv (Kajian
Sosiolingustik)
oleh Kinanti Swastika
Abstrak
Tujuan penelitian adalah mengetahui
data mengenai penggunaaan gaya bahas dalam acara Mario Teguh Golden Ways oleh Mario Teguh di Metro Tv
dalam segi bahasa yang berdasarkan langsung tidaknya makna pada gaya bahasa
retoris. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan
1927 ujaran yang termasuk gaya retoris. Terdapat 21 gaya bahasa yang termasuk
gaya retoris, tetapi hanya ditemukan 16 gaya bahasa retoris. Jumlah keseluruhan
dari gaya bahasa yang muncul, gaya bahasa kiasmus adalah gaya bahasa dengan
presentase kemunculan yang paling sedikit yakni sebanyak 0,05%, sedangkan gaya
bahasa apostrof menduduki presentase kemunculan yang terbanyak dengan
presentase sebanyak 30,25%.
Terdapat gaya bahasa yang tidak
ditemukan, yakni gaya bahasa aliterasi dan asonansi yang biasanya muncul dalam
puisi dan prosa, kemudian gaya bahasa litotes, perifasis, dan koreksio juga
tidak ditemukan karena tidak ada ujuran yang bertujuan merendahkan diri dan
menggunakan kata-kata yang berlebihan.
Kata
kunci : gaya bahasa, gaya bahasa retoris
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Terdapat tiga komponen komunikasi
yang terjadi pada acar Mario Teguh Golden
Ways yakni komunikator, komunikan, serta pesan yang disampaikan. Tujuan
pembicara dalam hal ini adalah Mario teguh,
dalam acara tersebut adalah untuk memengaruhi pendengar dengan
menggunakan motif yang menggerakan atau mendorong perilaku pendegar untuk
menerima dan melaksanakan gagasan pembicara dengan imbauan yang diberikan.
Sebagai alat yang digunakan dalam
proses komunikasi, dalam sosiolinguistik bahasa berfungsi dari sudut penutur,
pendengar, topik, kode, dan amanat pembicaraan[1].
Dari sudut penutur, maka bahasa berfungsi personal
atau pribadi. Penutur dalam hal ini menyatakan sikap terhadap apa yang
dituturkan. Bahasa tidak hanya mengungkapkan emosi tetapi juga memperlihatkan
emosi penutur[2]. Dilihat
dari sudut pendengar, maka bahas berfungsi direktif,
yaitu mengatur tingkah laku. Dalam hal ini, bahasa berfungsi tidak hanya membuat
pendengar melakukan sesuatu, tetapi melakukan kegiatan yang dimaui si pembicara[3].
Fungsi bahasa dari sudut penutur dan
pendengar diterapkan Mario Teguh. Fungsi Mario Teguh sebagai penutur yang
memperlihatkan emosinya ketika menyampaikan tuturannya. Sebagai fungsi bahasa
dari sudut pendengar dalam acara Mario Teguh adalah melakukan kegiatan yang
sesuai dengna keinginan penutur. Sosiolingustik memiliki tugas dan peran
penting dalam kaitannya dengan penggunaan kebahasaan. Sosioliguistik menujukkan
bahasa, ragam bahasa, atau gaya bahasa yang harus digunakan oleh pembicara tertentu.
Gaya bahasa yang dikenal dalam
retorika biasa disebut dengan istilah style.
Style dapat diartikan sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa
secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian pemakai bahasa[4].
Penggunaan gaya bahasa dalam acara Mario Teguh di Metro Tv mencakup kejujuran,
sopan, dan menarik[5].
Penggunaan gaya bahasa dalam acara tersebut memperlihatkan unsur kejujuran,
kemudian kata-kata yang diungkapkan disampaikan dengan kejelasan dan
kesingkatan, tidak membuat pendengarnya berpikir keras tentang hal-hal yang
disampaikan. Hal ini mencerminkan kesopan-santunan. Selanjutnya dalam bagian
nada, variasi, strkutur, dan pilihan kata membuat acara tersebut mencerminkan unsur
menarik.
Gorys Keraf menyatakan bahwa
terdapat dua jenis gaya bahasa[6]
yakni dari sisi nonbahasa dan sisi bahasa. Sisi nonbahasa dibagi menjadi tujuh
pokok, yakni berdasarkan, berdasarkan masa, berdasarkan medium, berdasarkan
subjek, berdasarkan tempat, berdasarkan hadirin dan berdasarkan tujuan.
Sedangkan dari segi bahasa dibedakan berdasarkan unsur bahasa yang digunakan,
yakni gaya bahasa yang berdasarkan pilihan kata ; gaya bahasa resmi, gaya
bahasa tak resmi, dan gaya bahasa percakapan. Gaya bahasa berdasarkan nada yang
terkandung dalam wacana ; gaya sederhana, gaya mulia, dan gaya menengah. Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat ;
klimaks, antiklimaks, repetisi. Gaya bahasa berdasarkan langung tidaknya makna;
gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan. Penggunaan gaya bahasa Mario Teguh
dalam acara Mario Teguh Golden Ways diteliti
dalam segi bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna pada gaya bahasa retoris.
Di dalam retorika gaya bahasa memegang
peranan penting dalam bertutur. Retorika menyarankan agar penutur menentukan
gaya bahasa yang mampu memikat perhatian penanggap penutur. Retorika merupakan
seni berargumentasi yang bersifat menggugah bahasa secara lancar untuk memengaruhi
dan mengajak. Menurut Verdeber, komunikasi memilki dua fungsi sosial untuk
kesenangan, menunjukkan ikatan dengan orang lain, membangun, dan memelihar
hubungan dan fungsi pengambilan keputusan[7].
Kajian sosiolinguistik lebih
menemukan kaidah dan norma-norma dalam masyarakat yang menentukan dari
pembatasan tindak bahasa dan bagaimana tindak bahas berhadapan dengan bahasa
itu sendiri[8]. Maka
masyarakat di sini masyarakat komunikasi atau kelompok kecil dalam acara Mario
Teguh Golden Ways. Acara ini
memperhatikan pengaruh timbal balik antar bahasa dan dinamika msayarakat, antara
dinamika dan mobilitas. Sedangkan retorika mengkhususkan diri untuk mempelajari
komunikasi yang efektif pada dasarnya adalah berusaha memahami apa yang
menyebakan orang berperilaku sebagaimana yang ia lakukan[9].
Tujuan dan Manfaat
Penelitian
Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui penggunaan gaya bahasa dalam acara Mario Teguh
Golden Ways oleh Mario Teguh di Metro Tv.
METODE PENELITIAN
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik
analisis isi, yakni menganalisis dan mendeskripsikan gaya bahasa yang muncul
dalam acara Mario Teguh Golden Ways oleh Mario Teguh di Metro Tv dengan kajian
sosiolinguistik.
Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah mengunduh acara Mario Teguh Golden
Ways oleh Mario Teguh di Metro Tv di sebuah website. Menonton kembali tayangan
acara Mario Teguh Golden Ways oleh Mario Teguh di Metro Tv. Mentranskripsikan
acara Mario Teguh Golden Ways oleh Mario Teguh di Metro Tv, kemudian membaca
transkripsi secara kritis dan memilih secara random rekaman acara Mario Teguh Golden Ways oleh Mario Teguh di
Metro Tv. Sehingga tiga episode yang berjudul “Salah Berhasrat”, “Kekasihku,
Penyiksaku”, dan “Rindu untuk Diperhatikan” adalah episode yang diteliti.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis tiga episode yang
dipillih secara acak adalah episode “Salah Berhasrat”, “Kekasihku, Penyiksaku”,
dan “Rindu untuk Diperhatikan” dijabarkan dalam tabel berikut
Tabel
1
Penggunaan
Gaya Bahasa Dalam Acara Mario Teguh Golden Ways oleh Mario Teguh di Metro Tv
No. |
Gaya Bahasa Retoris |
Ujaran |
Presentase(%) |
1 |
Aliterasi |
0 |
0 |
2 |
Asonansi |
0 |
0 |
3 |
Anastrof |
41 |
2,13 |
4 |
Apofasis |
2 |
0,1 |
5 |
Apostrof |
583 |
30,25 |
6 |
Asindenton |
386 |
20,03 |
7 |
Polisendenton |
558 |
28,96 |
8 |
Kiasmus |
1 |
0,05 |
9 |
Elipsis |
165 |
8,56 |
10 |
Eufimisme |
11 |
0,57 |
11 |
Litotes |
0 |
0 |
12 |
Histeron Proteron |
2 |
0,1 |
13 |
Pleonasme Dan Tautologi |
16 |
0,83 |
14 |
Perifrase |
0 |
0 |
15 |
Prolepsis |
12 |
0,62 |
16 |
Eroteris |
117 |
6,07 |
17 |
Silepsis |
3 |
0,16 |
18 |
Koreksio |
0 |
0 |
19 |
Hiperbol |
18 |
0,93 |
20 |
Paradoks |
2 |
0,1 |
21 |
Oksimoron |
9 |
0,47 |
22 |
Metonimia |
1 |
0,05 |
|
|
1297 |
|
Grafik
1
Penggunaan
Gaya Bahasa Dalam Acara Mario Teguh Golden Ways oleh Mario Teguh di Metro Tv
Histogram
1
Penggunaan
Gaya Bahasa Dalam Acara Mario Teguh Golden Ways oleh Mario Teguh di Metro Tv
Dalam
tabel, grafik , maupun histogram menujukkan gaya bahasa anastrof muncul
sebanyak 41 dengan presentase 2,13%, gaya bahasa apofasis muncul sebanyak 2
dengan presentase 0,10%, gaya bahasa apostrof muncul sebanyak 583 dengan
presentase30,25%, gaya bahasa asindenton muncul sebanyak 386 dengan presentase
20,03%, gaya bahasa polisindenton muncul
sebanyak 558 dengan presentase 28,96%, gaya bahasa kiasmus muncul sebanyak 1
dengan presentase 0,05%, gaya bahasa elipsis muncul sebanyak 165 dengan
presentase 8,56%, gaya bahasa eufimisme
muncul sebanyak 11 dengan presentase 0,57%, gaya bahasa histeron
ptoteron muncul sebanyak 2 dengan presentase 0,10%, gaya bahasa pleonasme dan
tautologi muncul sebanyak 16 dengan presentase 0,83%, gaya bahasa prolepsis
muncul sebanyak 12 dengan presentase 0,62%, gaya bahasa erotoris muncul
sebanyak 117 dengan presentase 6,07%, gaya bahasa silepsis muncul sebanyak 3
dengan presentase 0,16%, gaya bahasa hiperbol muncul sebanyak 18 dengan
presentase 0,93%, gaya bahasa paradoks muncul sebanyak 2 dengan presentase
0,1%, gaya bahasa oksimoron muncul
sebanyak 9 dengan presentase 0,47%, dan terdapat satu gaya bahasa yang bukan
termasuk gaya bahasa retoris, yakni gaya bahasa metonimia muncul sebanyak 1
dengan presentase 0,05%. Gaya bahasa retoris yang tidak ditemukan dalam acara
adalah gaya bahasa aliterasi, gaya bahasa asonansi, gaya bahasa litotes, gaya
bahasa perifrasis, dan gaya bahasa koreksio. Gaya bahasa aliterasi dan asonansi
tidak ditemukan karena dua gaya bahasa
tersebut biasanya diptemukan pad puisi dan prosa. Sedangkan gaya bahasa
litotes, perifasis, dan koreksio juga tidak ditemukan karena tidak ada ujuran
yang bertujuan merendahkan diri dan menggunakan kata-kata yang berlebihan.
Intepretasi
hasil penelitian terhadap acara Mario Teguh Golden
Ways mengenai gaya retoris adalah munculnya gaya bahasa apostrof sebanyak
5823 ujuaran karena acara tersebut sering menggunakn contoh-contoh atau
mengalihkan amanat dari penonton kepada sesuatu yang tidak ada di dalam acara,
seperti mencontohkan suami-istri, menyebutkan nama Khalil Gibran.
Fokus
penelitian ini hanya dari segi bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna pada
gaya bahasa retoris tanpa melihat aspek lain. Aspek lain yang dimaksudkan
disini adalah yakni gaya bahasa yang berdasarkan pilihan kata ; gaya bahasa
resmi, gaya bahasa tak resmi, dan gaya bahasa percakapan. Gaya bahasa
berdasarkan nada yang terkandung dalam wacana ; gaya sederhana, gaya mulia, dan
gaya menengah. Gaya bahasa berdasarkan
struktur kalimat ; klimaks, antiklimaks, repetisi. Selain itu , karena
penelitian ini menggunakann metode deskriptif kualitatif, sehingga adanya
kemungkinan perbedaan persepsi.
Sebuah penelitian di tahun 2005 yang
berjudul “Teknik Persuasi Juru Kampanye Partai Politik dalam Kampanye Dialogis Pemilu
2004 dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Inodennisa Di SMA” oleh Yuli
Astuti, menggambarkan hal yang sama antara peran bahasa dengan proses
komunikasi. Penelitian ini meletakan retorika sebagai teori dasar, sedangkan
penelitian penggunaan gaya bahasa meletakkan sosiolinguistik sebagai dasar.
Namun kesamaan antara dua penelitian ini adalah bentuk pesan yang ingin disampaikan
oleh penutur kepada pendengar adalah sebagai sebuah proses persuasi atau
ajakan. Penelitian teknik persuasi menganalisisi kalimat persuasi dengan teknik
pay off idea, fear arousing, asosiasi, partispasi, empati, integrasi,
kompensasi, dan rasionalisasi.
Implikasi dalam penelitian
penggunaan gaya bahasa adalah penggunaan gaya bahasa untuk orator atau orang
yang ahli dalam berpidato dan pembawa acara. Selanjutnya implikasi penelitian
ini untuk menerapkan gaya bahasa dalam karya sastra, untuk juru kampanye
berguan sebagai alat mengagitasi masa.
SIMPULAN
Berdasarkan
hasil penelitian, ditemukan 1927 ujaran yang termasuk gaya retoris. Terdapat 21
gaya bahasa yang termasuk gaya retoris, tetapi hanya ditemukan 16 gaya bahasa
retoris. Jumlah keseluruhan dari gaya bahasa kiasmus adalah gaya bahasa dengan
presentase kemunculan yang paling sedikit yakni sebanyak 0,05%, sedangkan gaya
bahasa apostrof menduduki presentase kemuncul yang terbanyak dengan presentase
sebayak 30,25%.
Terdapat gaya bahasa yang tidak
ditemukan , yakni gaya bahasa aliterasi dan asonansi yang biasanya muncul dalm
puisi dan prosa, kemudian gaya bahasa litotes, perifasis, dan koreksio juga
tidak ditemukan karena tidak ada ujuran yang bertujuan merendahkan diri dan
menggunakan kata-kata yang berlebihan. Penelitian ini menggunakan kajian
sosiolinguistik, tentu hal ini berbeda karena tedapat hubungan antar retorika
sebagi seni berargemntasi dengan sosiolinguistik sebagai dasar kaidah
penggunaan bahasa dalam masyarakat atau kelompok kecil.
Daftar
Pustaka
Chaer,
Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik,
Jakarta:Rineka Cipta.
Keraf,
Gorys. 2008. Diksi dan Gaya Bahasa,
Jakarta: Gramedia.
Mulyana, Deddy. 2009. Ilmu
Komunikasi:Suatu Pengantar. Bandung: Rosdakarya.
Parera, Jos Daniel. tt Studi Linguitik Umum dan Historis Bandingan, Jakarta: Erlangga.
[1] Chaer, Abdul dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik, (Jakarta:Rineka Cipta, 2004), hal 15.
[2] Ibid, hal 15.
[3] Ibid.
[4] Keraf, Gorys, Diksi dan Gaya
Bahasa, (Jakarta: Gramedia, 2008),hal 113.
[5] Ibid.
[6] Ibid, hal 115.
[7] Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi:Suatu Pengantar, (Bandung: Rosdakarya, 2009), hal 5
[8] Parera, Jos Daniel, Studi Linguitik Umum dan Historis Bandingan, Jakarta: Erlangga, tt), hal 27
[9] Mulyana, Deddy, Op.cit, hal 8